Mengapa harus takut mati melawan korupsi, lha hidup ini kan cuma sekali. Kalimat
inilah yang selalu diucapkan seorang Ahok ketika harus berhadapan dengan teror
yang mengancamnya.
Ahok memang tak pernah mengenal takut apalagi itu untuk
kemajuan bangsa ini.
Ia berani melawan arus, meskipun harus dibenci oleh
sejumlah kalangan, namun yang pasti itu bukan masyarakat.
Ahok mengemukakan upayanya untuk menjalankan pemerintah yang bersih saat masih menjabat Bupati Belitung Timur tidaklah gampang, karena harus melawan arus terhadap berbagai hal yang kurang baik dan sudah berjalan sejak lama.
“Banyak sekali SMS yang masuk dan mengatakan kalau kita melakukan upaya untuk menjalankan pemerintah yang bersih dibilang sok mau jadi pahlawan. Kita jadi bingung, mana yang baik mana yang tidak. Dari semua mantan kepala daerah yang saya tahu dan kenal, tidak satu pun yang jadi miskin. Tapi kalau mantan nelayan atau buruh tetap saja sengsara, bahkan untuk naik ambulance ke rumah sakit saja tidak bisa. Oleh karena itu, negeri ini harus segera berubah, sehingga kita rela keluar dari zona nyaman untuk “fight” guna melawan korupsi. Kalau kepala lurus maka yang bawahnya tidak berani tidak lurus,” ungkap Ahok sebagaimana dikutip dari Harian Pagi Pos Belitung edisi Jumat 2 Februari 2007.
Selama menjabat Bupati Belitung Timur, Ahok selalu menghimbau kepada para pejabat daerah agar menjauhi pratik korupsi dan tetap memegang teguh amanat sumpah jabatan. Tak hanya itu, pejabat dan juga pemuka agama dituntut pula agar selalu membela kebenaran dan memihak kepentingan rakyat. Sikap seperti ini menurutnya mencerminkan rasa nasionalisme yang sesungguhnya.
Bagi seorang Ahok, menjadi seorang pejabat harus berani memberi contoh kepada para staf dan masyarakat luas agar bersedia untuk tidak menerima pemberian dalam bentuk apapun dari pihak lain. Menurut Ahok, ketika dilantik menjadi pejabat, kita telah mengucapkan sumpah janji dengan menyebut nama Tuhan, bersedia tidak menerima pemberian dalam bentuk apapun dari pihak lain. Kalau sudah disumpah dengan menyebut nama Tuhan dan tetap menerima pemberian dari orang lain apa pun bentuknya maka terkutuklah, karena sudah melanggar sumpah maupun janji yang diucapkan dengan menyebut nama Tuhan. Tuhan itu tidak pernah pikun.
Ahok selalu mengatakan pada setiap kesempatan, misalnya pada saat acara pelantikan para pejabat dilingkungan pemerintah Kabupaten Belitung Timur, seharusnya dalam pengambilan sumpah jabatan harus ditambahkan kalimat “Terkutuklah saya dan bagi keluarga saya, bila saya tidak menjalankan tugas dengan sebagaimana mestinya, bila tidak mensejahterakan rakyat, bila saya lebih mengutamakan keluarga dari pada rakyat, bila saya masih menerima dari pihak lain,”. Maksud penambahan kata dalam lafadz sumpah ini menurutnya agar pejabat yang dilantik tidak menganggap remeh tugasnya. Kesejahteraan rakyat merupakan kesejahteraan kita juga, karena keluarga kita merupakan bagian dari rakyat.
Menurut Ahok, orang pintar belum tentu bijak, namun orang bijak merupakan orang yang pintar dan orang yang bijaksana takut pada Tuhan. Di Indonesia saat ini masalah agama pun sudah diatur. Hal ini menandakan bahwa bangsa
Sikap anti korupsi seorang Ahok, bukan saja hanya sebuah untaian kata-kata manis (lipp service). Tapi ia buktikan dengan perbuatannya. Ia tidak pernah mau menerima apapun dari pengusaha, kontraktor atau pemborong. Ia hanya meminta khususnya kepada para pemborong/kontraktor yang menjadi rekanan pemerintah daerah dalam pengadaan barang dan jasa agar dapat mengerjakan proyek sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, berkualitas dan tepat waktu.
“Kalau pun pihak kontraktor atau pemborong masih dapat untung atas pengerjaan proyek, jangan sisipkan keuntungan itu untuk bupati biar satu sen pun,”, kata Ahok.
Pernyataan Ahok demikian bukan dikarenakan ia sudah merasa kaya dan banyak duit, namun ini persoalan hati nurani, “sebagai bupati saya tidak mungkin akan kelaparan, karena segala keperluan makan dan minum sudah ditanggung oleh negara”, ketusnya.
Khusus untuk para pejabat atau pimpinan kegiatan pengadaan barang dan jasa di pemerintah, Ahok selalu menekankan agar jangan mudah tergiur dengan uang pemberian para rekanan. Namun jika pengerjaan proyek sudah selesai, dan hasil tim pemeriksa sesuai dengan spesifikasi dan berkualitas “ saya akan tutup mata, anggap itu rejeki. Tapi kalau pemberian uang dilakukan sebelum pengerjaan proyek itu namanya suap dan korupsi,”.
Ahok ijinkan hal ini mengingat belum mampunya negara membayar gaji PNS yang layak, bayangkan seorang yang telah mengabdi 20 tahun dengan kondisi anak – anaknya sudah kuliah, hanya berpenghasilan di bawah Rp 2 juta, bagaimana cukup untuk biaya kuliah anaknya?, tetapi jika PNS mau jadi kaya raya, menurut Ahok, jangan jadi pejabat, tapi pengusaha saja.
Tak hanya bersikap antipati terhadap korupsi, Ahok juga sangat alergi yang namanya kolusi dan nepotisme. Ia selalu berusaha menjalankan roda pemerintahan secara transparan, terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi dari rakyat.
Sebagai contoh, pada pelaksanaan penerimaan CPNS tahun 2006, Ahok membuat kebijakan hasil tes CPNS diumumkan dengan menyertakan pengumuman perolehan nilai atau skor seluruh peserta. Dan ini mungkin satu-satunya daerah di
Tak hanya itu, penulis yang kebetulan juga sempat mengikuti tes CPNS tahun 2006 namun tidak berhasil keterima sebagai CPNS, kalau mau Ahok bisa saja memasukan penulis sehingga lulus test, namun Ahok tetap tidak membantu penulis, sekalipun adalah sekretaris pribadinya.
Cara pandang dan sikap anti korupsi, Ahok ini rupanya mendapat perhatian dari Lembaga Tiga Pilar Award. Pada tahun 2006, Ahok di nobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari unsur penyelenggara Negara.
****
Menurut Ahok, pemberian award semacam ini sebetulnya tidak perlu dilakukan, karena setiap penyelenggara Negara memang berkewajiban untuk tidak korupsi.
Menurut Ahok, pemberian award semacam ini sebetulnya tidak perlu dilakukan, karena setiap penyelenggara Negara memang berkewajiban untuk tidak korupsi.
Di lansir dari catatan : Yasnovita, sekretaris pribadi Bupati Belitung Timur
pada saat dijabat oleh Ir. Basuki T Purnama, MM (Ahok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar