Hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa angka kemandulan
diantara para wanita yang berstatus ekonomi menengah ke atas
dan
berkarier dikota-kota besar semakin meningkat. Hipotesis
kreatif ini dilahirkan oleh
Prof. Dr. dr. Susilo WIbowo, Sp.and., Ms.Med yang kini
menjabat sebagai rector universitas diponegoro. Menurutnya wanita yang
kekurangan cacing atau belum pernah cacingan berisiko mengalami kemandulan /
susah hamil.
Waduh bener tidak ya cacing ada mamfaat bagi tubuh..? Baca terus deh ..!
Dasar pemikiran beliau sangat ilmiah dan jauh dari kesan
tidak serius.
Cacing didalam perut dalam jumlah yang proporsional akan
merangsang aktifitas system pertahanan tubuh humoral (cair). Pertahanan tubuh
humoral ini terdiri atas serangkaian proses yang meliputi penyelubungan cacing
untuk membatasi ruang geraknya.
Jadi, cacing boleh bertamu dan bersilaturrahmi dalam tubuh
manusia dengan syarat harus mengikuti peraturan yang berlaku demi kemaslahatan
bersama.
Tahap selanjutnya adalah proses “penegakkan hokum” yang
melibatkan imunoglobin, yaitu sebuah protein khusus yang dapat bertindak represif
terhadap benda asing.
Imunoglobin yang biasa disingkat menjadi Ig, terdiri atas 5
sub-tipe, yaitu G, A, M, D dan E.
namun dalam hal ini, imunoglobin yang terlibat adalah dari
jenis E.
Proses pengaktifan system pertahanan tubuh humoral ini
dikenal melalui jalur khusus Th2 atau jalur yang biasa digunakan untuk
mengaktifkan system pertahanan tubuh yang bersifat cair.
Sedangkan jalur yang satu lagi diebut jalur Th1, yaitu jalur
untuk mengaktifkan system pertahanan tubuh seluler atau menggunakan sel-sel pertahanan
tubuh seperti sel limfosit dan makrofag.
Apa yang terjadi pada mereka yang tidak lagi memiliki cacing
didalam perutnya?
Bagi wanita system pertahan tubuh seluler akan semakin aktif
menjaga dan meronda disekitar rahim dan alat peranakan lainnya.
Akibatnya sel nutfah dari suami akan sulit menembus benteng
pertahanan dan tentu saja akan gagal membuahi.
Sel-sel dari jalur Th1 akan memeriksa dengan penuh
kecurigaan setiap pendatang baru yang mencoba memasuki daerah rahim dan saluran
telur.
Bahkan, jika pendatang baru itu lolos dan sempat membuahi
sel telur, sel-sel penjaga yang ganas itu akan menghalang-halangi proses
pelekatannya didinding rahim.
Bagi mereka, calon mudgoh yang sebenarnya mengandung unsure
ibu yang merupakan induk semangnya, tetap dianggap sebagai makhluk asing.
Apa dampak bagi pria? Wah yang ini lebih parah lagi.
Secara teoritis, seorang pria yang tidak lagi mampu menjadi
manajer yang mengayomi dan memberikan naungan perlindungan pada umat cacing, ia
akan lebih berisiko mengalami penyakit jantung koroner.
Beranjak dari hal tersbut, kita patut menafkuri kesempurnaan
system ciptaan Alloh, jejaring fungsi antar elemen ciptaan-Nya mampu
menghasilkan hubungan sebab akibta yang sangat rumit. Jika seorang pria tidak
lagi memiliki cacing dalam tubuhnya, jalur Thnya atau jalur system pertahanan
tubuh berbasis selulernya akan cenderung meningkat secara pesat dan juga agak
menjadi agak beringas.
Hal ini mungkin merupakan bentuk parodi yang diberikan Alloh
kepada kita agar kita mampu untuk mentertawai diri sendiri dan tidak menjadi
pribadi yang malas untuk berintrospeksi. Sifat-sifat dasar itu, baik yang baik
ataupun yang buruk, dapat dicermati diberbagai tingkatan kehidupan.
Kembali kepada beringasnya sel-sel pertahanan tubuh pada pria yang
tidak memiliki cacing, ternyata hal ini dapat dijelaskan dengan mekanisme yang
sama dengan sulit hamilnya wanita yang tidak cacingan. Ketiadaan cacing akan
menghambat pengaktifan Th2.
Akibatnya, terjadi ketidak seimbangan antara jalur Th1 dan
Th2. Padahal Alloh telah membangun pondasi keteraturan dialam semesta ini
melalui sebuah proses keseimbangan (equilibrium).
Jalur Th1 yang terlalu aktif, pada gilirannya akan
menyebabkan proses radang kerap terjadi didalam tubuh, termasuk di dinding
pembuluh darah (endotel). Karena radang yang berulang, tubuh memproduksi
radikal bebas yang pada gilirannya dapat meradikalisasi gugus lemak. Gugus
lemak radikal akan bekerjasama dengan dinding pembuluh darah yang juga telah
rusak dan bersinergi membangun sumbatan. Inilah yang dinamakan dengan proses
aterosklerosis. Jika sumbatan ini terjadi di pembuluh darah koroner, yaitu
pembuluh darah yang menyuplai sari makanan dan oksigen bagi otot jantung,
terjadilah penyakit jantung koroner, yaitu jantung dapat berhenti berdetak
karena tidak lagi mendapatkan makanan dan oksigen.
Sumber: buku “Jangan Ke Dokter Lagi” karya Tauhid Nur Azhar
dan Bambang Trim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar